#kawanaksi prinsip siapa yang menanam, dia akan menuai diakhirat sangat kental terasa dalam Wakaf, karena sang muwakif tidak dapat merasakan langsung manisnya wakaf. Namun manfaat wakaf ini sangat bermanfaat atau sangat terasa oleh penerima manfaat (maukuf alaih), baik itu berupa tempat ibadah yang nyaman, sedekah hasil panen dari lahan produktif, kesehatan yang terjangkau bagi masyarakat miskin bahkan pendidikan yang bisa dirasakan kaum dhuafa.
Objek wakaf yang dapat diwakafkan adalah benda bergerak maupun benda tidak bergerak yang dimiliki secaratidak bergerak dapat dalam bentuk tanah, hak milik atas rumah atau dengan bentuk uang.
Wakaf berasal daripada perkataan Arab “waqafa” yang bermaksud berhenti, menengah dan menahan. Dari segi istilah, wakaf telah diberikan beberapa takrif seperti:
- Syed Sabiq (Fiqh al-Sunnah) – Wakaf ialah menahan harta dan memberikan manfaatnya pada jalan Allah. Sahiban Abu Hanifah; Abu Yusuf dan Muhammad bin Hassan – Wakaf ialah menahan ‘ain mawquf (benda) sebagai milik Allah atau pada hukum milik Allah dan mensedekahkan manfaatnya ke arah kebajikan dari mula hingga akhirnya.
- Dr. Muhammad Al-Ahmad Abu Al-Nur, bekas Menteri Wakaf Mesir – Wakaf ialah harta atau hartanah yang ditahan oleh pemiliknya sekira-kira dapat menghalang penggunaannya dengan dijual atau dibeli ataupun diberikan sebagai pemberian dengan syarat dibelanjakan faedahnya atau keuntungannya atau hasil mahsulnya kepada orang yang ditentukan oleh pewakaf.
Takrif-takrif di atas telah menunjukkan kedudukan wakaf sebagai sebahagian daripada amalan yang dianjurkan oleh Syariah. Daripada Abu Hurairah RA, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Apabila mati anak Adam, terputus amalannya kecuali tiga perkara; sedekah jariah (wakaf), ilmu yang bermanfaat dan anak soleh yang mendoakan kepadanya.”
Istilah wakaf adalah berkait dengan infak, zakat dan sedekah. Ia adalah termasuk dalam mafhum infak yang disebut oleh Allah sebanyak 60 kali dalam Al-Quran. Ketiga-tiga perkara ini bermaksud memindahkan sebahagian daripada segolongan umat Islam kepada mereka yang memerlukan.
Namun, berbanding zakat yang diwajibkan ke atas umat Islam yang memenuhi syarat-syarat tertentu dan sedeqah yang menjadi sunat yang umum ke atas umat Islam; wakaf lebih bersifat pelengkap (complement) kepada kedua-dua perkara tersebut.
Disamping itu, apa yang disumbangkan melalui zakat adalah tidak kekal dimana sumbangannya akan digunakan dalam bentuk hangus, sedangkan harta wakaf adalah berbentuk produktif iaitu kekal dan boleh dilaburkan dalam pelbagai bentuk untuk faedah masa hadapan.
Wakaf sangat berbeda dengan sedekah lainnya. Dalam prinsip wakaf pokoknya itu harus tetap ada dan menyedekahkan hasilnya. Sedangkan kelas sedekah lainnya itu langsung habis tidak bersifat kekal.
Sifat kekal pada wakaf ini, membuat manfaat wakaf dapat dirasakan oleh lebih banyak orang, golongan dan banyak kepentingan yang dapat terpenuhi oleh wakaf seperti kemiskinan, pendidikan, kesehatan, bencana alam dan masalah sosial lainnya. Hal ini juga yang membuat pahala dari wakaf terus mengalir, bahkan hingga muwakif terputus usianya. Muwakif akan mendapatkan manisnya pahala wakaf diakhirat kelak dengan sebaik-baiknya.
Oleh karena itu amalan Wakaf diibaratkan menanam dibumi, dituai dikhirat. #kawanaksi, Yuk berwakaf dan jangan lupa follow ig kami @desabersinergi dan @wujudaksinyata.