Perubahan iklim menyebabkan awal musim hujan dan kemarau menjadi tidak teratur. Yang mengalami dampak paling serius akibat perubahan iklim ialah sektor pertanian.
Fenomena seperti banjir, kekeringan dan serangan Organisme penggangu Tumbuhan (OPT) sering terjadi dan meningkat akibat terjadinya intensitas dan frekuensi iklim ekstrem, hal ini berdampak kepada gagal tanam dan gagal panen.
Ancaman perubahan iklim terhadap penyediaan pangan nasional memaksa petani padi untuk meningkatkan adaptasi terhadap berbagai macam dampak yang akan timbul.
Maka dari itu petani menanam padi berdasarkan ketersediaan air, yang dikelompokkan menjadi tiga periode tanam, mari #kawanaksi kita simak.
Musim Tanam Utama
Pada periode ini fungsi penjemuran, penggilingan, penggudangan dan pendistribusian serta kegiatan penyediaan stok beras terjadi paling sibuk. Oleh sebab itu, Musim Tanam utama ini akan menghasilkan panen raya atau panen besar.
Musim Tanam Gadu
Musim tanam gadu dimulai pada bulan bulan April s/d Juli. Panen padi gadu pada umumnya menghasilkan beras bermutu bagus, tetapi jumlahnya tidak sebanyak beras pada penen raya.
Musim Tanam Kemarau
Periode panen yang ke tiga adalah panen kecil, hasil penanaman musim kemarau ini terdapat di wilayah beririgasi teknis dan biasanya hamparan panennya tidak luas karena di selingi oleh tanaman palawija atau hortikultura.
Pada periode panen ini stok beras sudah agak menipis, dan bahkan pada wilayah lahan kering terjdi musim paceklik, yang artinya tidak ada panen dan persediaan pangan di rumah tangga menipis atau habis.
Dalam keadaan apapun para petani tetap menjalankan aktivitasnya demi menjaga ketahanan pangan di Negara ini, maka dari itu jasa dan perjuangan para petani mesti kita hormati.
Karena Untuk menghadapi kebutuhan pangan yang terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya konversi lahan sawah yang tidak mampu diimbangi oleh pencetakan sawah baru adalah tantangan besar bagi para petani.